Efek samping obat warung
Masyarakat
Indonesia tidak asing lagi mendengar istilah obat warung. Obat warung yang
dimaksud adalah obat yang dibeli di toko-toko atau warung. Meskipun mempunya
embel-embel obat, namun obat warung ini dijual secara bebas tanpa resep dokter.
Biasanya obat tersebut berlogo lingkaran hijau. Meskipun itu obat untuk
menyembuhkan keluhan sakit ringan kita namun jangan jadikan meminum obat yang
tanpa resep dokter itu menjadi kebiasaan. Biasanya digunakan untuk meredakan
pusing, nyeri, flu, batuk, hidung tersumbat, sakit lambung (sakit maag),
diare/mencret, dan sembelit (konstipasi). Berikut adalah kandungan obat-obatan
yang dimaksud. Berikut kandungan obat warung menurut sumber
https://informasiobatrsudcibabat.wordpress.com
1. Parasetamol
Di pasaran bebas, parasetamol tersedia dalam
bentuk tablet maupun sirup (termasuk sirup tetes). Obat yang digunakan untuk
mengatasi pusing dan demam ini memang tergolong paling aman dibandingkan dengan
obat pusing/demam lainnya. Penggunaan parasetamol dosis tinggi (diatas 2g
sehari) dalam jangka waktu panjang dapat memicu terjadinya efek toksik pada
hati. Tips : parasetamol tidak disarankan untuk
dikonsumsi dalam dosis tinggi dan secara rutin tanpa pemantauan dari dokter
atau apoteker.
2. Bromhexine HCl
Di pasaran bebas, bromhexine ada dalam bentuk
sirup. Bromhexine lazim digunakan untuk mengencerkan dahak pada penderita batuk
berdahak. Efek samping yang dapat muncul yaitu diare, mual, gangguan saluran
cerna ringan. Tips :Untuk
menghindari efek tidak nyaman pada pencernaan, bromhexine sebaiknya diminum
sesudah makan.
3. Guaifenesin atau Gliseril Guaiakolat
Giafenesin
tersedia dalam tablet maupun sirup. Obat ini digunakan untuk mengencerkan dahak
pada batuk.Bila dikonsumsi dalam jumlah berlebihan
dapat memicu terbentuknya batu ginjal. Tips : gunakan sesuai aturan pakai.
4. Chlorpheniramine maleat (CTM)
Merupakan obat yang digunakan untuk mengatasi
alergi. Efek samping yang paling sering muncul adalah efek mengantuk dan haus
yang ditimbulkan. Tips :pengguna CTM tidak
disarankan untuk mengemudikan kendaraan setelah dan selama masih meminum CTM.
5. Pseudoephedrine HCl (hanya tersedia dalam
kombinasi dengan obat lain)
Pseudoephedrine biasanya digunakan
bersamaan dengan paracetamol dan obat antialergi (CTM atau loratadine) untuk
meredakan gejala flu. Pseudoephedrine sendiri digunakan untuk meredakan hidung
tersumbat. Efek samping yang dapat muncul yaitu tremor (gemetar), gejala sulit
tidur, detak jantung tidak teratur, meningkatnya tekanan darah, hilang nafsu
makan, dan mulut terasa kering.Namun efek samping perlahan akan hilang
ketika pemakaian obat dihentikan. Tips : bila muncul efek samping tersebut dan
sudah tidak dapat ditoleransi (tidak dapat ditahan dan terasa tidak nyaman)
hentikan penggunaan dan segera hubungi dokter
terdekat.
6. Phenylpropanolamine (hanya tersedia dalam
kombinasi dengan obat lain)
Fungsi phenilpropanolamine sama dengan
pseudoephedrine, yaitu untuk meredakan gejala hidung tersumbat pada flu. Efek
samping yang dapat muncul pun relatif sama dengan pseudoephedrine.
7. Antasida (Alumunium hidroksida dan magnesium
hidroksida)
Antasida, baik dalam bntuk tablet maupun cairan
suspensi digunakan untuk meredakan gejala serangan tukak (sakit maag). Efek
samping yang dapat muncul yaitu mual, diare atau konstipasi (sembelit) yang
meningkat resikonya sesuai dengan kenaikan dosis. Tips
: perbanyak
konsumsi air putih saat meminum antasida.
Satu hal
lagi yang perlu diperhatikan mengenai efek samping obat adalah reaksi
alergi. Pada pengguna yang alergi (hipersensitif) pada
obat-obatan tersebut maupun bahan formulasi lain yang terkandung dalam obat,
meminum obat tersebut dapat memicu reaksi alergi. Kejadian alergi ini relatif
jarang terjadi namun tetap perlu kita cermati. Bila muncul reaksi alergi
(misalnya ruam, kulit kemerahan, gatal, bengkak, demam, detak jantung cepat,
nafas sesak dan tersengal) setelah meminum obat, segera hentikan penggunaan dan
hubungi dokter terdekat.
Kapan
obat-obatan ini tidak boleh digunakan?
Paracetamol tidak boleh digunakan pada Anda
yang memiliki gangguan fungsi hati berat. Ibu hamil dan menyusui sebaiknya
jangan menggunakan obat yang mengandung pseudoephedrine dan phenylpripanolamine
mengingat resiko efek samping yang dapat membahayakan kondisi ibu dan janinnya.
Selain itu Anda yang menderita hipertensi berat dan penyakit jantung koroner
(PJK) juga dilarang menggunakan obat ini.
Penggunaan
pseudoephedrine dan phenylproanolamine juga dilarang bila Anda sedang
menggunakan obat golongan MAOI (monoamine oxidase inhibitor) seperti isoniazid (INH), selegiline,
linezolide, dan lain-lain selama 14 hari terakhir karena dapat menyebabkan
hipertensi berat.
Chlorpheniramine maleate (CTM) tidak boleh
digunakan pada Anda yang menderita glaukoma sudut sempit,serangan asma,
terapi obat MAOI, pada bayi yang baru lahir prematur, dan pada ibu
menyusui.
Sekali lagi, walaupun obat-obatan di atas
merupakan obat bebas, bukan berarti bebas dari efek samping dan resiko. Oleh
karena itu, kenali dan pahami efek samping serta penanganannya. Bila efek
samping tak tertahankan atau gejala tidak mereda, segera hentikan penggunaan
dan hubungi dokter. Untuk informasi ebih lanjut, tanyakanlah pengobatan
yang Anda terima pada apoteker.